Dulu, waktu masih
kanak-kanak, dalam diri saya memiliki rasa Simpati yang Luar Biasa terhadap
segala sesuatu. Secara alami, Ketulusan
yang besar itu telah tertempa dalam diri
saya.
Misalnya melihat pengemis yang berbaju Compang camping, itu saja bisa membuat
saya menangis dan tak tega. Jika seekor anak kucing tersesat di pinggir jalan
dan mengeong keras, saya selalu iba dan ingin menjadi penyelamat bagi kucing
itu.
bahkan pernah ! Seekor kecoa yang di injak orang, saya bawa pulang dan saya selamatkan.
bahkan pernah ! Seekor kecoa yang di injak orang, saya bawa pulang dan saya selamatkan.
Tapi ironi, perasaan
simpati semacam itu hanya benar-benar saya rasakan sampai usia saya kurang
lebih 12 tahun.
Saat perlahan saya
tau tentang hidup, rasa simpati itu perlahan memudar dan hilang. Setiap ada
pengemis yang berlagak sangat Susah meminta-minta dihadapan saya, rasa kasihan
itu sudah tidak ada. Yang ada saya malah berburuk sangka, menganggap pengemis
itu hanya pemalas, seorang berbadan sehat bugar yang tak mau berusaha.
Ya, Mungkin bukan hanya saya yang merasakan hal semacam ini.
Anak-anak lain juga merasakan hal yang sama. Dewasa yang lain juga mulai kehilangan simpatinya.
Anak-anak lain juga merasakan hal yang sama. Dewasa yang lain juga mulai kehilangan simpatinya.
Semakin mengenal hidup, tak jarang kita merasa semakin dikecewakan oleh kenyataan. Hal-hal yang tulus bisa memudar drastis karna sifat rakus dan picik manusia.
Drama kehidupan bisa diciptakan. Kepedihan dan Tragisnya ironi bisa menjadi sebuah bahan settingan peran.
Ada sebuah berita pilu dari negri sakura jepang.
Dimana ada seorang kakek tua tergeletak di pinggir jalan tanpa ada seorangpun yang membantu.
Well, Kedengarannya sangat Tega memang.
Tapi di balik sifat tega yang demikian itu, warga jepang memiliki pahamnya sendiri.
Dimana sebelumnya ada sebuah berita seorang ibu menyelamatkan wanita renta yang terjatuh di tangga perbelanjaan. Malah dituntut sejumlah uang karna dituduh ingin mencelakai si Wanita renta.
Wanita renta itu berpura-pura terjatuh, dan mengambil keuntungan dengan cara menuduh siapapun yang menolongnya, mengatakan pada orang-orang jika -yang ingin menolongnya- sedang ingin mencelakainya.
Sejak saat itulah warga jepang harus berfikir ulang untuk menolong orang tak dikenal.
Sesuatu yang memiliki nilai baik dan ketulusan bisa berubah jadi Buruk sangka dan Iktikad buruk.
Begitulah aturan mainnya.
Apapun ceritanya kebaikan akan selalu menang.
Tapi dalam nilai-nilai yang terkandung di kebaikan, Selalu ada nilai yang tinggi dari hati yang Busuk.
Drama kehidupan bisa diciptakan. Kepedihan dan Tragisnya ironi bisa menjadi sebuah bahan settingan peran.
Ada sebuah berita pilu dari negri sakura jepang.
Dimana ada seorang kakek tua tergeletak di pinggir jalan tanpa ada seorangpun yang membantu.
Well, Kedengarannya sangat Tega memang.
Tapi di balik sifat tega yang demikian itu, warga jepang memiliki pahamnya sendiri.
Dimana sebelumnya ada sebuah berita seorang ibu menyelamatkan wanita renta yang terjatuh di tangga perbelanjaan. Malah dituntut sejumlah uang karna dituduh ingin mencelakai si Wanita renta.
Wanita renta itu berpura-pura terjatuh, dan mengambil keuntungan dengan cara menuduh siapapun yang menolongnya, mengatakan pada orang-orang jika -yang ingin menolongnya- sedang ingin mencelakainya.
Sejak saat itulah warga jepang harus berfikir ulang untuk menolong orang tak dikenal.
Sesuatu yang memiliki nilai baik dan ketulusan bisa berubah jadi Buruk sangka dan Iktikad buruk.
Begitulah aturan mainnya.
Apapun ceritanya kebaikan akan selalu menang.
Tapi dalam nilai-nilai yang terkandung di kebaikan, Selalu ada nilai yang tinggi dari hati yang Busuk.
Chery |