Entri Populer

Selasa, 17 Juni 2025

Tersadar secepatnya

 .

Kufikir, Ibuku sudah Gila. Hidupnya hanya untuk menyalahkan orang lain, mencampuri urusan orang lain, dan mencaci maki hidup orang lain. Bahkan bukan hanya orang lain, tapi anaknya sendiri.

Jika takdir hidupku dihina ibu, itusih sudah dari dulu sejak aku masih anak-anak. Tapi jika pilihan hidupku saat aku sudah kepala 3, apakah masih harus kuterima.??

Ironisnya aku hidup dengan ibu di rumah yang sama. Kegilaannya nyaris saja menular dan membuatku hampir kehilangan segalanya.

..

Kufikir suamiku sudah tidak mencintaiku. Dia yang selama ini kugadang gadang sebagai laki-laki impian, takdir terbaik yang pernah kudapatkan dalam hidup. Akhir-akhir ini menolak untuk berdekatan denganku. Selalu saja marah, membentak dan berkata kasar.

Ditambah sedang dalam keadaan hamil. Perasaanku yang sensitif semakin membuat tegang keadaan.

Sebenarnya aku tak ingin jadi begini. Aku ingin semuanya baik2 saja. Dimengerti tanpa harus dihakimi.

...

Ibu dan suamiku, mereka tak ada yang baik. Keduanya sama. Memperlakukan dan melihatku hanya seperti sampah.

Sama-sama menyakitiku. Membuat hidupku terhina tanpa harus berkaca.

Andai saja aku tidak rendah diri, mungkin aku tidak akan mengasihani diriku seperti ini.

Wanita miskin yang malang. Masa lalu yang penuh dengan kesalahan, yang dimana kufikir itu cinta, ternyata hanya sebuah jalan pintas menuju neraka.

Tubuhku penuh dengan bekas luka tanpa harus diiris silet. Takdir yang membuatnya menjadi seperti itu.

Tak ada yang spesial. Kondisi fisik lemah dan perangai manja. Mereka melihat itu sebagai sesuatu yang menjijikan.

Aku ingin merubahnya, tapi tak ada trigger yang memicu terjadinya perubahan itu.

Aku sudah kehilangan anakku yang kedua dalam kandungan. Dan anakku yang kali ini, apakah akan selamat sampai terlahir, akupun tak tau.

Setelah beranjak dari sini aku harus Tersadar Secepatnya..

Karena jika terlalu berlarut, bisa saja ini akan menjadi akhir dari segalanya. 😔


Selasa, 10 Juni 2025

Hati yang keras

Ada satu doaku pada Allah yang sampai sekarang belum dikabulkan, yaitu “Ya Allah, Berikanlah suamiku hati yang penuh kasih dan tutur kata yang lembut”.

Karna aku punya hati yang gampang menangis aku sering sekali merasa sedih dan langsung ‘patah’ setiap suamiku membentak barang sekali saja.

Ingin rasanya menjadi Pribadi yang lebih kuat.



Kamis, 08 Mei 2025

tertegun.

Aku tertegun.

Mata cantik yang berlinangan air itu, aku mengingatnya.

Tubuh tinggi 185centimeter, dengan lengan besar dan bahu lebar proporsional.
Bahu yang dalam, yang disana aku pernah bersandar.

Kau tau, selain ayahku, kau adalah orangnya.

Yang mencintaiku melebihi apapun di Dunia ini.


Sabtu, 05 April 2025

Born Ucok Son

Haaiii...

Aku dengar hari ini dari ibuku kalau anaknya Ucok-adiknya gindo- sudah lahir, and u know what, suprisely her baby boy.

Kalau diterka dari dugaanku sih, cucu pertama dari bapak sembiring dan ibu manik itu, nothing be spesial. Because all of their child is boy.

Tapi bukan urusanku juga, meski ada terselip sedikit rasa kepoo. Hehe

Dan ngomong2 kalau adiknya yang belum lama ini menikah saja sudah punya anak, How with her brother ?

Apakah sepasang manusia itu sengaja menunda, atau Tuhan yang tidak memberi mereka rezeki itu, karena ayahnya terlalu... terlalu apaya... ah sudahlah...!

Tapi itu bukan urusanku juga, meski terselip sedikit rasa kepoo. Hoho 

Mantan yang nyatanya menjadi penyesalan terbesar dihidupku itu. Jika saja Allah belum memberinya rezeki Anak, ada kemungkinan itu karena kesalahan di masa lalunya yang belum termaafkan.

Karena ada kalanya, Karma di masalalu terbaca dan terjadi di masa sekarang.
Bagaimana jahatnya sosok itu padaku, semoga saja takdir akan mendeteksi dan membalasnya sesuai porsi.

Tapi memang bukan ranahku untuk menghakimi. Aku tidak mendendam, aku hanya tidak bisa lupa.

SO SORRY

Kamis, 27 Maret 2025

Fakta tak terbantahkan soal suamiku

Suamiku berasal dari keluarga kreak. Dalam bahasa medan kreak itu dimaksudkan untuk orang-orang berwatak keras- suka memberontak dan kurangnya berpendidikan.

Cirinya itu berpenampilan seadanya terkesan acak2n, bicaranya tidak tertata, bermulut kotor, merasa paling hebat hingga tidak takut pada siapapun.

Mereka hidup di lingkungan menengah ke bawah, dimana kesulitan keuangan menjadi kendala nomor satu dalam menjalani hidup.

Jadi jangankan untuk menempuh pendidikan –yang membutuhkan biaya- untuk makan sehari-hari saja mereka kesulitan.

Hampir 90% sanak saudara suamiku adalah mereka yang putus sekolah. Sisa 10% nya adalah lulusan SMA yang hidupnya juga tidak terlalu berbaur dengan yang putus sekolah.

Di masa kecilnya, suamiku menghabiskan waktunya sebagian besar untuk mencari uang. Mulai dari nyemir sepatu, mencari barang rongsokan, jualan kue, sampai usia remaja mulai merantau, bekerja  di galon air, bangunan, bengkel dan banyak lagi. Apapun dilakukan asal bisa menghasilkan uang.

Nantinya uang itu akan diberikan untuk ibunya masak. Suamiku yang tumbuh besar tanpa ayah memaksanya menjadi tulang punggung keluarga sejak kecil.

Secara pengalaman, suamiku memiliki lebih banyak pengalaman hidup dibanding diriku, yang hanya menghabiskan waktu untuk sekolah, dan menuntut ilmu saja.

Bahkan bukan sekali dua kali orang-orang memandang suamiku sebagai SAMPAH.

Hal itu terkadang membuatku marah, tapi adakalanya aku malah setuju.
Lucu sekali..




Jumat, 14 Maret 2025

hmm,..

Sebagai seorang yang tiap hari berdiam diri dirumah, aku kadang merasa gak ngasih andil ‘besar’ dalam keberlangsungan hidup keluarga. I mean, aku tidak menghasilkan uang dari bekerja.

Hal-hal yang kukerjakan hanya memasak untuk makan dan mengurus rumah..

Sepelee, tapi kadang jenuh juga.

...

Kalau lagi terbuka Hati, hal terbaik yang bisa kulakukan adalah Sholat dan Beribadah. Mendekatkan diri pada Allah Swt.

Semua diniatkan untuk ibadah, agar lelah tidak sia-sia.

Tapi, jika kita berdoa untuk meminta banyak rezeki, tapi diri sendiri tidak bekerja, apakah itu berefek ?

 hahh., ineedexplain..

Minggu, 02 Maret 2025

Ada batas, tapi tanpa kata

 Meskipun satu atap satu rumah 

Tapi terasa ada batas antara kita

Diam seribu bahasa 

Tapi tetap melakukan aktifitas yang biasa

Dingin tapi bukan es

Saling cuek sudah biasa

Siapa kamu, siapakah orang ini

Asing meskipun duduk disamping

Yang dekat makin menjauh

Seolah ada dinding tembok memisahkan, namun tak kasat mata.