.
Kufikir, Ibuku sudah Gila. Hidupnya hanya untuk menyalahkan orang lain, mencampuri urusan orang lain, dan mencaci maki hidup orang lain. Bahkan bukan hanya orang lain, tapi anaknya sendiri.
Jika takdir hidupku dihina ibu, itusih sudah dari dulu sejak aku masih anak-anak. Tapi jika pilihan hidupku saat aku sudah kepala 3, apakah masih harus kuterima.??
Ironisnya aku hidup dengan ibu di rumah yang sama. Kegilaannya nyaris saja menular dan membuatku hampir kehilangan segalanya.
..
Kufikir suamiku sudah tidak mencintaiku. Dia yang selama ini kugadang gadang sebagai laki-laki impian, takdir terbaik yang pernah kudapatkan dalam hidup. Akhir-akhir ini menolak untuk berdekatan denganku. Selalu saja marah, membentak dan berkata kasar.
Ditambah sedang dalam keadaan hamil. Perasaanku yang sensitif semakin membuat tegang keadaan.
Sebenarnya aku tak ingin jadi begini. Aku ingin semuanya baik2 saja. Dimengerti tanpa harus dihakimi.
...
Ibu dan suamiku, mereka tak ada yang baik. Keduanya sama. Memperlakukan dan melihatku hanya seperti sampah.
Sama-sama menyakitiku. Membuat hidupku terhina tanpa harus berkaca.
Andai saja aku tidak rendah diri, mungkin aku tidak akan mengasihani diriku seperti ini.
Wanita miskin yang malang. Masa lalu yang penuh dengan kesalahan, yang dimana kufikir itu cinta, ternyata hanya sebuah jalan pintas menuju neraka.
Tubuhku penuh dengan bekas luka tanpa harus diiris silet. Takdir yang membuatnya menjadi seperti itu.
Tak ada yang spesial. Kondisi fisik lemah dan perangai manja. Mereka melihat itu sebagai sesuatu yang menjijikan.
Aku ingin merubahnya, tapi tak ada trigger yang memicu terjadinya perubahan itu.
Aku sudah kehilangan anakku yang kedua dalam kandungan. Dan anakku yang kali ini, apakah akan selamat sampai terlahir, akupun tak tau.
Setelah beranjak dari sini aku harus Tersadar Secepatnya..
Karena jika terlalu berlarut, bisa saja ini akan menjadi akhir dari segalanya. 😔