Entri Populer

Minggu, 22 Mei 2011

Dari SD, Until Now (PART 2)

 Di sekolah yang baru, aku masuk ke Madrasah, sama dengan SD, tapi berbasis swasta yang notabene di khususkan untuk anak-anak beragama Islam.

Dimadrasah ini aku dipertemukan dengan teman-teman yang jauh lebih baik dan humble.

Tapi pembuliyan tak berhenti sampai disini. Memang teman sekelas tidak ada yang sejahat teman sekelas di Negri.

Tapi pembuliyan aku dapat dari pertemanan di luar sekolah.
Di sana aku yang polos dan masih sangat murni diejek secara fisik oleh anak-anak lain, yang merasa diri mereka paling sempurna.

Pembuliyan yang cukup menjatuhkan mental.
Meskipun tidak disakiti secara fisik, tapi secara mental, aku ciut dan Down.

Hal itu terbawa sampai aku masuk ke sekolah SMA. Aku menjadi pribadi yang pemalu dan tetap merasa gagal dalam sosialisasi dengan orang-orang.

 


Sabtu, 21 Mei 2011

Dari SD, until Now

Nama Lengkapku Cukup panjang “Alfitrah Isnaini Ceria”. Kalau di daftar absen sekolah, biasanya bisa dihitung jari ada berapa murid yang namanya memiliki beberapa suku kata.

Dan hal ini membuatku memiliki kesulitan tesendiri, khususnya saat menghadapi ujian. Karena harus mengisi dan membulatkan nama di lembar ujian (yang itu cukup memakan waktu). Di saat teman yang lain sudah mulai mengisi lembar jawaban, saya masih berada di atas kolom nama untuk mengisi abjad dan membulat bulatkannya.

Tapi yaa.. Apa boleh buat.

Nama yang panjang ini adalah sebuah Doa yang disematkan oleh kedua orang tuaku. Dan itu semua diluar kendaliku.

Yang bisa kulakukan sekarang adalah mensyukuri nama  yang indah ini. Karena mungkin saja di masa depan, nama ini akan menjadi seorang pengusaha sukses. Amin.



Di bully waktu SD

Waktu SD,aku sempat merasakan pindah sekolah, yang awalnya sekolah di SD Negeri Impress Medan, Pindah ke Madrasah Swasta LKMD Jatikesuma.

Di SD Negri yang notabene adalah sekolah umum, dimana bercampur segala macam Ras, Suku dan Agama, di sini aku tumbuh menjadi anak yang kurang pergaulan, pendiem, pemalu, dan gak punya banyak teman.

Beberapa ‘anak istimewa’ di kelas melakukan pembullyan, dan aku adalah salah satu korbannya saat itu.

Di kelas 5 sd, setelah ujian tengah semester, aku yang saat itu memiliki hati yang sangat polos dan lembut. Akhirnya ditakdirkan oleh Allah, untuk meninggalkan sekolah Negri yang banyak memberikan tekanan pada psikisku saat itu.

Aku yang saat itu lebih milih ngumpet di WC, daripada harus pulang bareng temen ‘yang dianggap punya kuasa’. Aku yang merasa gagal bersosialisasi hanya karena lemah di pelajaran matematika.

Yang awalnya merasa seneng  main di pojokan sendirian, lama-lama malah menganggap kalau punya teman itu sama sekali tidak penting.

Terkhusus buat seorang anak cewek bernama putri, yang entah kenapa sudah bersikap sombong sejak masih kecil.

Selama di sekolah Negri, putri selalu menindas  murid lain yang dianggap lebih lemah darinya. Di balik parasnya yang cantik, dia adalah anak yang jahat. Mengejek, memerintah dan sok berkuasa kalau di kelas lagi gak ada guru.

Mungkin karena Allah ingin melindungiku dari sosok puri zionis, akhirnya aku pindah sekolah –bersamaan dengan ibuku yang dipindahtugaskan- ke sekolah yang baru.