Entri Populer

Selasa, 12 Agustus 2014

Trully Hate


Kata  Raditya dika jika ingin mulai menulis, tulislah sesuatu yang sangat kuat dalam perasaan kita ketika ingin menulis.

Dan aku sedang membenci sesuatu ketika menulis ini.

Ya, belakangan ini segala hal tidak berjalan dengan baik sesuai rencana. Aku tidak mencapai target apapun yang bahkan itu sangat sepele.
Mulai dari baca buku sampai tamat, menulis cerita sebanyak mungkin, menggambar beberapa skets yang sampai sekarang gak kelar-kelar.

Entah kenapa, saat aku berfikir "aku sedang sial" maka kesialan itu akan berlanjut sampai besok, besok dan hari selanjutnya. Tapi jika aku berfikir "aku sedang beruntung" maka keberuntungan itu hanya akan berlaku pada hari ini.
Mungkin ini karna kurangnya rasa bersyukur, tapi bagaimana bisa bersyukur jika mengalami sial berkepanjangan.
Ahh.. Shit!
 
Kenapa semua orang ingin dituruti permintaannya, ingin dimengerti perasaannya. Sedangkan aku tak punya teman bicara, dan tak mungkin sekali ada orang yang akan mengerti perasaanku.
Tulisan ini juga kubuat karna aku tak tau harus bicara sama siapa.

Ah, malangnya. Adakah cara mengubah kebencian menjadi cinta?
Jika adapun, bisakah aku mencintai yang kubenci itu?
Tapi pada akhirnya kebencian terasa memiliki kekuatan lebih besar daripada cinta. Kan lebih baik benci dulu baru cinta, daripada cinta dulu baru benci.

Aku berani menjamin. Orang yang sedang mencintai, akan lebih mudah membenci jika tersakiti. Tapi orang yang membenci tidak akan mudah jatuh cinta. Karna apa?
Karna terkadang logika membuat cinta menjadi sesuatu yang lebih seram daripada makhluk apapun yang paling seram di muka bumi ini sekalipun.
 
Rasa benci akan meninggalkan trauma sendiri, yang itu bisa bertahan selama bertahun-tahun, sampai sesuatu benar-benar meyakinkan untuk merubah rasa benci itu.
 
Mungkin tidak beda jauh, jika itu dimisalkan pembunuhan.
Orang yang membenci ingin membunuh. Membunuh sesuatu yang dibenci atau membunuh kebencian itu sendiri.
Tapi orang yang mencinta, rela dibunuh. Demi apapun yang dicintainya. Dia pasti rela dibunuh.