"Kau akan berbeda, terkadang kau seperti buangan, tapi kau tidak
kesepian. Kau memiliki kekuatanmu sendiri. Kau akan melihat kehidupanmu melalui
matamu. Seperti halnya kehidupanmu, akan terlihat ,melalui masa depan kita nanti."
Menangis. Dibalik arti namaku yang begitu indah -Namaku ceria- Hal itu tetap
tidak menghentikan apapun dan juga air mataku. Terlalu banyak hal klise yang
membuatku Patah Hati belakangan ini.
Aku telah kehilangan orang yang paling berharga dihidupku -Wanda- dan cinta dan
segala kenangan tentangnya.
Saat pertama kalinya aku jatuh cinta, aku tak pernah menyangka cinta itu akan
tertunduk dihadapan wanda.
Untuk wanda. Seseorang yang sama sekali tidak punya perasaan. Dia hanya
datang padaku di saat dia butuh bantuanku. Dia baik saat dia inginkan sesuatu
saja, dan parahnya dia tak pernah memberikan sesuatu apapun tanpa mengharapkan
balasan.
Hai, wanda. Taukah jika Kau cinta terindah sekaligus yang terburuk yang
pernah kukenal. Kenapa kau membangun jembatan kebencian di hatiku. Kenapa kau
buat aku menjalani hari sebagai wanita yang malang, setelah kita pernah
melewati jembatan tertinggi di Dunia bersama.
Aku sudah merasa kecewa atas sikap wanda yang meninggalkanku begitu saja.
Belum lama ini. Disaat semua pengorbanan yang pernah kulakukan untuknya 'Atas nama
cinta'.
Kini semuanya hanya menjadi omong kosong. Menjelma bersama rasa yang
basi.
Seiring kepergian wanda. Maka, matilah sandaranku untuk mencapai harapan. Dan
mati pula pemahamanku tentang cinta.
Kini, aku masih disini. Berjalan dalam jembatan kebencian itu. Bagiku
cinta tak ada yang sejati, dan sahabat tak ada yang abadi.
Hanya impian bedebah ini yang membuatku berusaha Hidup dengan baik. Aku
tak ingin masuk keruang bunuh diri sendirian dan mengecewakan kehidupan yang
telah memberiku lebih banyak kesempatan di jalan lain.
Ya, baiklah. Berhenti bercerita banyak tentang wanda. Aku hanyalah wanita polos
yang tak pernah memahami kajian tentang cinta.
Dan wanda hanyalah bagian kesialan hidupku, saat ketika cinta bukan hanya
membutakan mata, tapi sekaligus juga membuat pandangan mata menembus dinding,
seperti sinar X-Ray.
Memang butuh sedikit pengertian jika aku mempelajari cinta sendiri, tapi
mengalami kesialan di tengah pelajarannya. Mungkin itu Karna tak ada bahasan
tentang cinta dalam mata pelajaran
sekolahku dulu. Haha, Hanya pelajaran matematika dan logika yang memusingkan
kepala.
Kini, usiaku semakin dewasa. "Hampir 25tahun, untuk ukuran seorang wanita
pekerja yang cantik. Aku sudah tidak ingin PDKT dengan pria manapun. Karna ada
luka kecil dihatiku, luka yang sangat kecil tapi tidak pernah sembuh. Dan aku
takut, jika luka itu akan kembali berdarah, jika kubuka hatiku kembali untuk
mencintai seseorang.
Dan mungkin ini jawaban yang akan kuberikan untuk pertanyaan
"kenapa, gadis cantik sepertimu belum menikah?" begitu kata
orang-orang.
Awalnya aku coba bersikap cuek. Karna ayah dan ibuku tidak pernah menuntut
banyak, selain kebahagiaanku. Lagipula
aku sudah hidup terpisah selama 3tahun dari mereka.
Kegiatanku hanya bekerja di sebuah pabrik, dan mencari kehidupan_ Untuk diriku sendiri. Tanpa ada pikiran
semacam 'aku akan menikah suatu hari' begitu.
Mungkin aku bukan wanita normal yang akan jatuh cinta suatu hari. Karna buatku
kini, cinta hanyalah omong kosong atau Hanya bunga tidur.
Apapun yang terjadi aku tetap tak yakin pada cinta untuk seseorang
dihidupku.
Terkadang energi itu muncul begitu nyata. Tentang mimpi-mimpi lamaku yang tak
pernah terlupa.
Ketika cita-cita bertintah merah menggores buku tulisku bertuliskan 'aku ingin
menjadi dokter'. Hah gila.
Energi itu amat positif, ketika aku ingin menjadi seorang dokter. Di masa
kecil. Cita-cita lama yang sangat menyenangkan bila aku bisa menggapainya. Tapi
terdengar mustahil karna usiaku sudah jauh tertinggal, Untuk kuliah kedokteran.
Ditambah biaya kuliah yang tidak terjangkau.
Setiap pagi__aku berharap energi gila itu hilang. Lenyap. Dan takkan datang
lagi untuk mengganggu hidupku lagi. Walau hanya melalui mimpi.