Aku sedang capek.
Dan juga malas lihat
wajahmu.
Kamu terlalu
kepedean dengan penampilanmu.
Padahal gembel,
Brandalan, Bauk, dan Semrawut.
Sebagai laki-laki
pasti kamu mengharapkan wanita yang cantik dan terawat.
Dan berhubung aku kurang terawat, sampai kamu protes sana sini.
Berarti semakin lama semakin tinggi tuntutanmu kan.
Fix, carilah yang lebih sempurna fisiknya. Diluar sana banyak kok. Silahkan.
Dan berhubung aku kurang terawat, sampai kamu protes sana sini.
Berarti semakin lama semakin tinggi tuntutanmu kan.
Fix, carilah yang lebih sempurna fisiknya. Diluar sana banyak kok. Silahkan.
Sering aku merasa
kecewa padamu.
Atas ejekanmu, hinaan dan protesmu. Padahal inilah aku yang kamu kenal, sesulit itukah menerima kekurangan kekasihmu.
Atas ejekanmu, hinaan dan protesmu. Padahal inilah aku yang kamu kenal, sesulit itukah menerima kekurangan kekasihmu.
Belum jadi suami
saja sudah seperti itu, padahal yang menghidupi aku juga bukan kamu.
Tapi sifatmu sudah sok begitu. Bagaimana pula nanti jika kita menikah, mungkin kamu akan mengurungku dirumah terus dan tidak boleh bersosialisasi sendirian.
Tapi sifatmu sudah sok begitu. Bagaimana pula nanti jika kita menikah, mungkin kamu akan mengurungku dirumah terus dan tidak boleh bersosialisasi sendirian.
Kalau memang kamu mau kerja giat, ya sudah kerja saja. Itu kan baik untukmu, baik untuk keuanganmu. Kenapa setiap kali menemukan kesulitan kamu kesal padaku. Dan apakah pantas jika kamu mengalami kegagalan kamu malah menyalahkanku.
Oohh.. Sakit sekali
perasaanku ini. Padahal bukan aku yang
memaksamu untuk bekerja setengah mati untuk membiayai pernikahan
kita.
Kalau memang tidak mampu ya sudah, untuk apa dipaksakan. Kalau memang ingin memperjuangkan menikahiku ya sudah, lakukanlah dengan ikhlas dan tulus. Kenapa sampai menyalahkan aku atas sikapku yang seolah tak mau membantu.
Kalau memang tidak mampu ya sudah, untuk apa dipaksakan. Kalau memang ingin memperjuangkan menikahiku ya sudah, lakukanlah dengan ikhlas dan tulus. Kenapa sampai menyalahkan aku atas sikapku yang seolah tak mau membantu.
Hey, aku ini Wanita,
Suku jawa. Gak ada sejarahnya wanita yang membiayai pernikahan. Toh kalau
memang sudah mau dekat resepsi pernikahan, kekurangan biaya juga akan ditutupi
oleh keluargaku. Kenapa kamu malah menuntutku begitu.
Dua tahun kita
berpacaran, kamu bahkan tidak pernah membelikan aku baju. Masih pacaran saja
sudah pelit begitu. Katanya, jika laki-laki mencintai seorang wanita, maka
duniapun ingin dia berikan. Tapi boro-boro dunia, belikan aku sepotong gaun
saja kamu keberatan. Dan kalau bicara untung rugi, aku sama sekali tidak pernah
meraup keuntungan selama pacaran denganmu. Ya, meskipun tidak terlalu rugi juga
sih.
Seperti take and
give aja gitu. Kalau kamu memberi, maka kamu akan menerima. Jadi apapun yang
kamu beri, selalu ada saatnya aku akan membalas pemberianmu. Seperti manusia
yang tak mau rugi. Tak pernah memberikan apapun secara ikhlas tanpa balasan.
Fiuh,,, Capek sekali
menjalani hubungan yang begini. Kayaknya lebaran tahun ini kami sudah tidak
bersama lagi. Dan dengan begitu aku tidak perlu capek-capek datang kerumahmu
dan bertemu keluargamu yang masih belum menerima kehadiranku.
Sudahlah, gak kerasa
besok udah Hari raya lebaran kan.
Mohon maafku jika selama kita bersama, aku selalu tidak sesuai dengan harapanmu, sehingga membuatku kecewa berkali-kali.
Terimakasih juga untuk semua pengalaman yang pernah kau berikan, yang takkan mungkin terganti dengan kenangan yang sama di masa depan.
Mohon maafku jika selama kita bersama, aku selalu tidak sesuai dengan harapanmu, sehingga membuatku kecewa berkali-kali.
Terimakasih juga untuk semua pengalaman yang pernah kau berikan, yang takkan mungkin terganti dengan kenangan yang sama di masa depan.
Memang kita sudah harusnya saling menjauh dan tanpa kabar begini dulu.
Karna sedih, kamu tidak percaya pada langkahku selama ini. Selalu marah jika tidak memberimu kabar kurang dari satu hari. Dan juga semakin kepedean dengan Video Call whatsaap yang menampilkan senyum Gatalmu. Semakin lama, terlihat seperti manusia yang haus kasih sayang. Menjijikkan sekali.
Dan aku yang bukan
siapa-siapa ini, tidak mau jadi ikut menjijikkannya dengan dirimu, yang seperti
sukarela memberimu kasih sayang secara gratis.
Subhanallah…
Aku ingin bertaubat
setelah bulan lebaran tahun ini berlalu.
Dengan tidak lagi
berpacaran, dan berhenti berkomunikasi dengan laki-laki. Kecuali untuk urusan
kerja.
Karna aku percaya, seburuk apapun masa laluku. Masa depanku masih Suci.
Entah itu kamu atau siapapun manusianya, tidak ada satupun yang berhak menghakimi masa laluku.
Yang mereka berhak hanya membantuku melewati masa sekarang menuju masa depan yang lebih baik.
Untuk saat ini, Biar aku punya waktu berharga sendiriku. Tanpa diganggu pikiran tentang sosokmu yang 'jahat' dan jauh dari kata sempurna. Juga tanpa gangguan dari panggilang telfon dan whatsaapmu.
Dan kamu juga punya
waktu berharga sendirimu. Untuk merenungi kesalahanmu selama ini.
Dan melapangkan
hatimu agar lebih ikhlas dan lembut menjalani kehidupan. Karna susah rasanya
melembutkan hati manusia yang sejak lahir islam sampai usia 22tahun tidak
pernah membaca ayat suci Al-qur'an.
Terakhir, aku
berharap ketika kamu menemukan catatan ini kamu tidak memaki-maki diriku lagi.
Bukalah pikiranmu untuk menerima kekesalanku ini.
Jika membenci,
Bencilah diriku cukup dalam hatimu saja, jika sudah tidak tertahankan lagi,
akhiri saja hidupku secepatnya.
Karna sungguh lelah
begiku, mempertahankan cinta yang tak kuinginkan untuk berlanjut ini. Terlalu
banyak luka, yang tidak akan terobati cukup dengan kata maaf saja. Semua yang terlanjur terjadi jangan
diungkit lagi. Cukup diingat saja sebagai kenangan.
Kenangan yang akan
muncul, dikala rindu, kala sendiri...