"ADAM, WAKE
UP"
Aku mendengar samar,
suara pria yang dulu membuatku jatuh cinta sedang berbisik padaku.
Perlahan kubuka mata
kulihat dihadapanku jam beker mini, hanya ada suara detik jam yang
menunjukkan pukul 2 dini hari.
"Adam, listen me"
Sekali lagi kudengar
suara orang asing itu. Dan sekarang aku sadar itu bukan mimpi. Kubuka jendela
kayu yang tepat menyerempet di samping kanan ranjangku.
"hey, how are you son?"
Ya, sudah kuduga dia
datang lagi. Orang asing yang pernah membawaku jalan-jalan ke bali selama 2
minggu dan membawaku kembali ke Makasar dengan sejumlah imbalan atas pekerjaan
kotorku sebagai pelacur.
Aku memanggil pria
asal kanada ini dengan sebutan dedy dan dia memanggilku son. Bukan karna ayah
dan anak tapi karna kenyataan di bali para kaum gay memanggil dedy pada pacar
tuanya.
Usiaku masih
17tahun, jauh di bawah usia dedy yang sudah 35 tahun.
"Dedy, what are
you do__"
Belum selesai
kumengatakan keherananku, dedy langsung menerobos jendela kamarku. Memang
jerjak bambu yang menyekat jendela ini sudah lapuk dan dengan sentuhan otot
dedy yang kuat bambu itu langsung patah dan membuatnya tampak luas untuk
diterobos dedy.
"I miss you
son"
Dedy meletakkan
kedua telapak tangannya di pipiku, dan menatapku lembut. Tatapan yang dulu
pernah meluluhkanku. Sebuah tatapan yang pernah menjebak hatiku hingga menjadi
Gay sejati. Aku tak pernah bisa menghindari tatapan itu. Aku memang tulus jatuh
cinta pada dedy.
Aku langsung memeluk
dedy, dedy menyambut pelukan itu dengan sangat erat, berulang kali kata miss
you terucap ketika dedy mencumbuku, menciumi leher, perut dan dadaku.
Dan ya, kami bercinta malam ini.
[flashback]
"Dam, kamu
sudah besar, sudah saatnya kamu memilih
jalan hidupmu. Tante hanya bisa memberimu pilihan untuk tetap tinggal disini
atau kau boleh pergi kemanapun kau mau. Bawalah semua warisan ibumu"
Sebagai adik mama satu-satunya tante dian
memang begitu menyayangiku. Setelah mama meninggal hanya tante dian satu satunya keluarga yang
kupunya. Tante dian berumur 32tahun,
tapi dia belum menikah. Aku tak tau apa sebabnya, yang kutau hanya tente dian
satu satunya keluargaku.
Ayah, kakek- nenek,
aku bahkan tak pernah melihat wajah mereka. Karna mama melahirkanku dan
menjagaku sebagai orang tua tunggal. Selama ini yang kutau, mereka sudah
meninggal dunia.
Akhirnya aku memilih
tinggal di makasar, tempatku pernah dilahirkan dulu. Aku kembali menempati
rumah yang dulunya pernah menjadi tempat mama membuka usaha 'warung kecil'. Aku
selalu merasa damai disini, aku pernah merasakan masa kecil yang begitu indah,
dan itulah sebabnya aku ingin kembali ke makasar dan meninggalkan tante dian di
bekasi.
Disini Aku hanya
membawa beberapa juta uang peninggalan mama dan perhiasan yang dulu pernah
menghiasi tangan dan jemari mama. Aku bersumpah tak akan menjual perhiasan itu
sesusah apapun keadaanku nanti.beruntung Aku sudah tamat Sma, dan mungkin
dengan mengandalkan ijazah Sma, aku bisa memulai kesuksesanku dari Nol.
---
Jam terus berdetak,
hari berganti hari, minggu, bulan dan tahun saling berkejaran, menjadikan semua
yang kulalui sejak memutuskan untuk tinggal sendiri di makasar menjadi masa
lalu. Aku belum juga mendapat pekerjaan pasti, aku pernah kerja di rumah makan
padang, namun itu hanya berlangsung satu minggu. Aku dipecat karna beberapa
kali melakukan kesalahan memecahkan piring, aku juga pernah bekerja beberapa
bulan menjadi kuli bangunan. Tapi setelah bangunan itu selesai aku kembali tak
punya pekerjaan. Kini aku tau betapa susahnya mencari sesuap nasi, kini aku
bisa merasakan betapa kejamnya dunia jika kita hidup sendiri dan tanpa
pendidikan tinggi. Aku sampai mengatur jadwal makanku hanya 1kali sehari agar
aku bisa hidup lebih hemat.
Sampai suatu malam,
rumah kecilku terasa begitu panas. Cuaca memang sedang plinplan, kadang terasa
begitu panas, hingga aku ingin membuka semua baju dan kadang hujan turun tanpa
henti hingga aku begitu kedinginan merasakan tetesan air, yang sedikit-sedikit
menembus atapku.
Akhirnya aku
memutuskan untuk keluar rumah dan berjalan-jalan, karna tak ada kendaraan di
jam 4subuh, akupun berjalan kaki dan menusuri setiap jengkal rumah yang
semuanya tampak sepi karna penghuninya sedang istirahat.
Di ujung jalan, ada
sebuah tempat yang tampak terang, sepertinya itu sebuah tempat makan. aku
mendatanginya dan berharap bisa membeli minuman untuk menyegarkan tenggorokan.
Sampainya di sana, aku kaget mendapati sekumpulan wanita cantik sedang
berlenggok diatas sebuah panggung yang kecil, sepertinya itu meja yang disusun
jajar. Para wanita itu menari striptis nyaris tanpa busana, aku tercenung
sejenak.
"Dek, boleh
lihat Ktpnya"
Seseorang yang
tampak sangar tiba-tiba memukul pundakku dan meminta agarku menunjukkan Ktp.
"saya tak punya
Ktp pak" sambil ku menjawab pelan. Aku mencoba melarikan diri, aku
menegerti ini adalah tempat untuk orang dewasa. Mungkin syarat untuk bisa
bergabung dengan mereka adalah memperliahtkan Ktp.
'brugh' preman itu
tiba-tiba menendang punggungku hingga aku terjungking.
"Ahg"
Aku ingin berdiiri
namun tiba-tiba datang dua orang preman lagi yang menarik paksa kedua tanganku.
Sesuatu didekap dihidungku. Entah-apa-itu, aku menghirupnya dan aku sudah tak ingat apa-apa lagi.
'Byurr' air dingin
itu menyiram wajahku hingga aku terbangun.
Kulihat di
sekelilingku, 3 orang laki-laki yang mungkin seumuranku sedang disekap dalam
keadaan yang sama. kaki dan tangan kami diikat sebuah tambang yang kuat.
"berdiri
kamu" teriak seorang wanita dari jarak jauh. Yang membuatku memusatkan
perhatian padanya.
Seorang wanita
setengah tua yang masih tampak cantik sedang berjalan menggunakan rok mini dan
tentengan rokok ditangannya.
"jadi ini anak
barunya, ayo ikut sama mami" wanita itu menarik kerah bajuku. Memintaku
berdiri dengan halus dan Perlahan aku dibawa ke sebuah ruangan, di tempat ini
hanya ada aku dan wanita aneh ini.
"jimmy, lepas
talinya" wanita itu memerintahkan seorang perman untuk melepaskan tali
yang melingkariku.
Bisa kurasakan
kepalaku yang msih pusing akibat bius yang membuatku tak sadarkan diri.
"oke sayang, jika kamu berada disini itu artinya kamu tak akan bisa keluar
dari sini"
Aku menatap wanita
itu diam, sesekali dia menghisap rokoknya.
"begini, jika
kamu ingin bekerja dengan mami, mami akan membantumu untuk kaya. Tapi jika
tidak, jimmy akan jual kamu untuk jadi budak di luar negri."sambil
menunjuk seorang pria yang sedang berdiri di depan pintu. Wanita itu tertawa
lebar dan bertanya
"Gimana? "
Aku memikirkan cara
untuk selamat dan bisa lari dari tempat ini. Tanpa berfikir aku menyetujui
kesepakatan aku dan mami.
"ini uang buat
kamu, pergilah kedistro dan beli baju bagus. Nanti malam mami akan kenalkan
kamu pada orang penting" sambil
menyerahkan beberapa lembar uang seratus ribu wanita itu berlenggok
meninggalkanku dan seorang pengawalnya, wanita itu kini menghampiri 3 pria
tanggung yang masih disekap. Aku yakin dia juga akan membuat kesepakatan yang
sama.
Aku pergi dalam
keadaan kepala pusing dan dilema luar biasa. Seorang pengawal yang sangar itu
selalu membuntuti kemanapun aku pergi.
Entah kejadian apa
yang telah menimpaku. Aku hanya mencoba memaknai ini sebagai tarian takdir.
---
Ketika malam tiba
mami memperkenalkanku dengan deni, pria berbadan tinggi dan berkulit putih.
Beberapa menit kami mengobrol, lalu mami meninggalkanku dengan pria itu.
Aku tak pernah
mengalami ini sebelumnya, aku sadar ini adalah dunia prostitusi. Tapi sekali
lagi aku menganggap ini sebagai tarian takdir, yang belum bisa ku
menghindarinya.
Aku menemani deni
yang kelihatan sangat baik itu, tatapan matanya sayup dan manja. Jujur saja aku
geli melihat mata laki-laki yang lembut seperti itu
Dan aku yang normal
tak mungkin melakukan hubungan seks pada seorang laki-laki, yang bahkan baru ku
kenal.
Lalu..
#Bersambung..