"Dia adalah
pemimpin kelompok zeiz, namanya riswam. Dia adalah pemimpin kelompok yang
berbahaya. Jika berhasil menangkapnya hidup atau mati maka kasus ini akan
terpecahkan" wanita itu berucap serius didepan sebuah layar lcd besar. Menampilkan sebuah foto yang
katanya bernama riswam. Sambil menunjuk-nunjuk pada hidung besar yang tertera
di foto, wanita yang ternyata seorang mata-mata polisi itu, Menjelaskan
beberapa informasi yang telah diketahuinya. Dari hasil pendekatan dengan 5
orang anak buah riswam.
Ruangan itu memiliki
meja panjang yang mirip dengan ruang meeting.
2 orang wartawan yang berada di ruangan itu sibuk menulis dan memotret
foto. Sedang 3 orang petinggi polisi dan agent mata-mata lainnya terlihat serius
menghafalkan wajah yang tertampil di foto.
Diruang yang
lainnya, para programing sibuk di depan layar monitor menyebarkan foto melalui
internet sebagai buron polisi yang sedang dicari.
Informasi
personal:
Pria
ini bernama riswam, dia adalah ketua kelompok zeiz. Seorang yang menjadi otak
penculikan dan perdagangan 120 anak di
daerah barat indonesia. Orang ini pernah merampok bank internasinal dan
beberapa toko elektronik. Pria ini didampingi oleh 5 orang kaki tangannya, dan
mereka telah melakukan banyak kasus pembunuhan dalam setiap menjalankan
aksinya.
***
Di sisi lain seorang
wanita sedang mengisi peluru pada senjatanya, nanti malam dia akan menggunakan
senjata itu untuk menghadapi para bandar narkoba yang mungkin akan melawannya.
Wanita itu sudah terlatih, bekerjasama dengan polisi setempat dalam aksi penggerebekan
gudang narkoba. Malam nanti. Wanita yang bernama dian itu harus kembali
waspada, beradu peluru dengan para penjahat besar. Tapi rasa takut itu sudah
lenyap. Yang ada di otaknya kini, hanya bekerja mengabdi pada kepolisian. Itu
impian dian sejak ayahnya meninggal dan mewasiatkan padanya harapan untuk
menjadi polisi.
Dian belum menjadi
polisi, tapi kemahirannya dalam beladiri membuat polisi mempertimbangkan dian
untuk menjadi bagian dari tangan kanan mereka.
Saat malam hari
tiba, 7 orang tim termasuk dian berpencar mengelilingi gudang narkoba itu.
Gudang, tapi lebih mirip apartemen kecil itu terlihat gelap dan tenang dari
luar. Tapi berdasarkan penyelidikan polisi mendapati bukti gudang itu berisi
ratusan kilo sabu dan obat-obatan terlarang yang diproduksi sendiri.
Secara hati-hati
dian masuk melalui jendela kecil yang sangat pas untuk tubuhnya yang kurus.
Dian berusaha tak membuat suara agar para pelaku tidak kabur dan lari menyadari
kehadirannya. Sebuah lorong kecil diantara tumpukan kardus tinggi, membuat
tempat itu tampak semakin gelap. Dian berjalan perlahan melewati lorong itu,
membawa pistol di tangannya dan menatap dengan waspada.
'brugh'
Tiba-tiba dari arah
belakang seseorang pria memukul pundak dian. Tapi untungnya dian menundukkan
badannya dan pukulan itu tidak menyakitinya.
Dian membalikkan
badannya, menarik tangan orang itu lalu mengarahkannya pada ujung tembok dan
menjedutkan kepalanya. Hanya satu kali
hantaman orang itu sudah terlihat mau pingsan.
'Akhh' sambil
memekik keras dian meninggalkan pria itu.
Ruangan yang tampak
gelap itu tiba-tiba disinari sedikit cahaya lampu neon kuning. Saat dian
mencoba mendekat arah lampu.
'dor, dor,dor' suara
tiga kali tembakan terdengar di sisi kanan dian.
Dian menjatuhkan
badannya kebawah menghindari tembakan. Saat dian ingin membalas menembak, 'dor' tiba-tiba seorang polisi lainnya sudah
menembak dari arah belakang dian. Dan tepat mengenai tangannya, orang itu kembali
terjatuh. Dian menoleh pada polisi muda dibelakangnya.
"thanx" dengan penuh keringat dian berdiri dari posisinya.
"thanx" dengan penuh keringat dian berdiri dari posisinya.
Keesokan paginya,
penggerebekan malam itupun berhasil. Dian merasa puas dan juga seluruh polisi
yang ikut bertindak. Dianpun kembali kerumah menjalani aktifitasnya seperti
biasa. Sampai ada panggilan tugas lagi dian akan beristirahat.
{2}
"jangan dian,
kaupikir apa? itu bisa membunuhmu juga membunuh anak-anak itu. dan aku tak
ingin memikirkan banyak hal karna dirimu lagi" laki-laki itu berteriak.
Wajahnya merah padam.
"tapi ini sudah
menjadi tugasku. Aku harus menghadapi zeiz dan menyelamatkan para korban"
dian menjawab ngotot. Dian tidak peduli walaupun yang melarangnya saat itu
adalah kekasihnya sendiri.
"dian, tapi aku
mencintaimu. Aku ingin kau berhenti dari pekerjaanmu. Kau bukan polisi. Itu
bukan tugasmu. Aku tak ingin hal buruk apapun menimpamu." sambil menatp
mata dian, lelaki itu berubah sendu.
Dian hanya diam dan
berlalu meninggalkan kekasihnya.
Dian sudah tiga
tahun berpacaran dengan sandi. Mereka bertemu pada malam pergantian tahun. Dan
mereka saling jatuh cinta pada pandangan pertama. Dian sudah menjadi tangan
kanan polisi sejak pertama kali mereka bertemu. Dan ketika sandi tau pekerjaan
dian, sesungguhnya dia tak ingin pekerjaan berbahaya itu dijalani oleh dian.
Tapi dian tak ingin berhenti, karna dia menyukai pekerjaannya.
Buntu...