Entri Populer

Rabu, 31 Agustus 2016

Damar Ramadhan - Amanda Situmeang -Sasya Situmeang (Part 2)

Cerita ini Adalah Lanjutan dari Cerita Sebelumnya

Waktu Berlalu Sejak Kematian sasya Adikku.
Sekarang aku menjadi satu satunya Anak Mama dan Papa. Tak heran rasa Khawatir yang Begitu besar selalu muncul di Benak mama jika ada apa-apa padaku.
Aku tak lagi sebebas dulu. Semua yang kulakukan dipantau Ayah Ibuku. Ini menjadi salah satu sebab aku tidak meneruskan Kuliah.

Karna Kini aku telah Tamat SMA. Aku mencoba untuk menghasilkan Uang dengan membuka Kelas Bela Diri di Garasi rumahku.
Aku Seorang atlit dengan Banyak sertifikat Bela diri. Dan itu cukup untuk Modal mendidik anak-anak. Bukan untuk berkelahi, setidaknya itu untuk melindungi Diri sendiri dari Bahaya. Aku tak ingin anak-anak yang lain bernasip sama seperti Sasya adikku.

..Zett..Zeett.... (Hp itu berbunyi)
Aku yang masih berbalut handuk berlari kedalam kamar dan menjawab Telfon itu.
'Halo'
'Manda, tolong gue..'
'Ya, Halo ini siapa...'
'Ini Damar Ramadhan'
'Ada apa damar '
Tuutt............ telfon itu terputus.

Kulihat jam dinding kamar yang menunjukkan pukul 7 malam. Tubuhku masih basah, karna baru saja pulang kerja dan mandi. 'Apa yang terjadi barusan, Tidak biasanya damar menelfonku'.
 Kubayangkan kembali suara diujung telfon itu. Nada suara yang seolah sedang kelaparan, Gemetar dan Lemas.
Tanpa fikir panjang kutelfon kembali nomor itu. Tapi sudah diluar jangkauan. Ku ulang dan terus kuulang sampai tanpa sadar sudah jam 10 malam. Tapi nomor itu tetap tak aktif juga.

Aku merasa penasaran, kawatir dan juga takut. Apakah ini hanya lelucon, atau sesuatu yang serius sedang terjadi. Kenapa damar malah menghubungiku dan meminta tolong seperti itu.
Untuk sesaat aku berfikir untuk tidur. But Something appailing me. Aku Penasaran.

'Oh Iya, GPS.. Tapi nomor yang tidak aktif apa masih bisa terdeteksi Gps. Ah, Coba saja.'

(Tuutt.. Tutt...)
Gps itu menyala dan menunjukkan lokasi dimana Damar menghubungiku tadi.

Jl. Suratmaja . Itu sekitar 3Km dari rumahku.
Oke. Kusambar sepasang sepatu sket dan Kunci Keretaku bersamaan. kuputuskan untuk pergi ke tempat itu.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah 12 malam. Sudah sepi dan Gelap. Aku baru saja sampai di Jalan Suratmaja, Tapi dimana tepatnya damar berada. Aku harus mencari tahu sendiri.

Kuparkirkan Suzuki hijau itu di depan sebuah warung yang masih buka.
Dengan Insting seorang Karateka, kutelusuri gang kecil yang penuh rumah kumuh dan Dempet itu.
Ini satu satunya tempat yang Rawan kejahatan di Jalan Suratmaja. Setahuku, banyak kupu-kupu malam yang biasa menjajakan jasa di daerah ini.
'Sial, Kehidupan sudah susah. Masih saja nambah Dosa'

Untuk sesaat aku merasa terbodoh karna harus menelusuri sesuatu yang tidak pasti seperti ini sendirian. Tapi Insting ini membuatku Kepo dan terus saja berjalan menuju Ujung gang.

'Hey, Mau kemana kamu Gadis' tiba-tiba dua orang berandalan menghampiriku. bau alkohol sangat menyengat dari salah satu diantara mereka. Sepertinya yang satu tidak Mabuk.
Aku hanya diam dan tidak menjawab selain hanya menatap mata mereka.

Dalam kondisi canggung seperti itu, satu satunya yang ingin kulakukan adalah lari. Tapi di saat yang sama sepotong sapu tangan membekap mulutku dan tercium bau sangat tajam yang membuatku pusing. "SIAL' dengan gerakan cepat kubanting pria itu dari belakang. Satu sikutan membuat darah segar keluar dari hidung pria itu.
Tapi tubuhku mendadak lemas ketika ingin menghajar pria yang satu lagi.
 Dan semuanya gelap.

*
Ahh... Perlahan kubuka mataku. Aku langsung tersadar saat mencium bau Asap Rokok yang sangat menyengat. Kaki dan Tanganku  tak bisa digerakkan, semacam kain diikatkan di sana, Ketat sekali. Aku berada di ruang kamar kosong, hanya ada sedikit cahaya. Dari Udaranya yang dingin, mungkin sekitar jam 6pagi.

"Oh., Manda.. Sungguh hebat. Aku tidak menyangka kau bisa sampai disini"  sebuah suara datang dari depan pintu.

"Siapa itu. Kenapa kau mengenalku. Tolong lepaskan aku"
"Ini aku manda."
"damar ! Apa yang kau mau lakukan. Lepaskan aku."

Damar hanya tersenyum sinis. Ribuan tanya bergerak dikepalaku. Apa yang sebenarnya terjadi ??

"Oke. Baiklah Manda. Setelah beberapa bulan perpisahan sekolah. Mungkin ini sudah saatnya aku menceritakan padamu. Karna hanya dengan cara ini kau mau mendengarkanku"

"Cerita apa ! Bisakah buka ikatan di tangan dan kakiku dulu. Bangsat" aku ingin sekali berteriak. tapi suaraku seperti tercekik. Aku lemas sekali.

"Maafkan aku manda, Jika aku membuka ikatan itu. Kau pasti akan menghajarku. Takkan kubiarkan kau melakukan itu"

"Kenapa damar. Salahku apa "

"Kamu tidak salah manda. Aku melakukan ini justru karna aku merasa bersalah padamu.
Kamu tau adikmu kan."

"Sasya. dia sudah meninggal. Kenapa dengan dia..." aku berusaha meronta tapi aku tak punya tenaga.

"Dengarkan aku manda, Aku akan mengungkapkan sebuah kebenaran sekarang. Jika kau penasaran siapakah pelaku yang merampok di rumahmu. Aku akan mengaku jika itu adalah anak buah ayahku"

"Bangsat"

"Sekarang akan kuberitahu siapa aku sebenarnya. Ayahku adalah seorang Mafia. dia telah merampok Bank dan banyak rumah tanpa terlacak polisi. Tapi satu hal manda, Kami tidak pernah membunuh Orang Lain."

"Lalu, Bagaimana dengan Sasya"

"Dia, Bunuh diri sebelum anak buah ayahku merampok rumahmu"

"Sialan, bajingan. darimana aku bisa tau yang kau katakan itu adalah Benar"

"Aku punya Buktinya Manda"

Damar berjalan mendekatiku, menunjukkan padaku sebuah Video dari Kamera Hpnya. Semuanya tergambar jelas disana. Sasya mengancam para perampok itu, Meminta mereka untuk pergi. Tapi entah kenapa tiba-tiba sasya memotong pergelangan tangannya sendiri. Sasya bukan dibunuh. tapi dia membunuh dirinya sendiri.
Aku Syok melihat video itu. Ingin rasanya aku mencekik Damar hingga mati. karna perampok itu juga yang membuat sasya sangat ketakutan dan melukai pergelangan tangannya.

"Anjing kau !! Kenapa baru memberitahuku sekarang"

"Kau tau Amanda, sejak kita masih sekolah. Aku sangat takut berteman denganmu dan juga semua teman-teman kita. Karna identitasku yang seperti ini. Aku tumbuh jadi anak yang aneh.
Percayalah, Aku tidak seperti ayahku manda. Aku memang tak punya Ibu, karna itu aku tak bisa berbuat apa-apa. Semua yang dilakukan ayahku adalah kehendaknya. Aku tidak bisa menghentikannya dan aku sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan itu.
Sewaktu aku tau mereka merampok rumahmu, aku juga sangat marah. Aku marah pada ayahku. Marah pada anak buah ayahku. tapi mereka malah memukuliku. Dan karna bukti Video ini, aku jadi merasa sangat bersalah padamu."
Damar menceritakan itu semua dengan penuh emosi kesedihan, kedua matanya tidak lagi bisa menahan air mata.

"Manda, Kemarin itu aku ingin sekali menyembunyikan hal ini padamu. Tapi karna ini aku bisa merasa bersalah seumur hidupku. Kemarin aku rasa sudah waktunya. Aku menghubungimu dan dengan rasa pedulimu kau sampai di markas besar ayahku."

"Jadi ini semua Jebakan"

"Sejak awal kau masuk gang ini, CCTV kami telah merekam kedatanganmu manda. Aku meminta anak buah ayahku menangkapmu. Hanya agar kau disini. Hanya agar kau tidak berlari dna mau mendengarkanku."

Saat itu tanpa sadar air mataku terjatuh. Entah siapa lagi yang harus kusalahkan. Rasanya sakit Sekali. Haruskah aku merahasiakan semua ini ?

"Manda, aku akan melakukan apapun untuk membalas kesalahan ayahku. Asalkan kau mau memaafkanku. tolong!"

Masih dengan air mata bercucuran aku dan Damar salin menatap.
Semua yang kami Jalani, Takdir hidup kami. Semua ini, terkadang bukan kami yang memilihnya, Jadi tidak ada pilihan lain selain Tabah dan ikhlas. semua sudah terjadi. tak ada lagi yang bisa kulakukan.

"Aku Memaafkanmu damar. Sekarang lepaskanlah aku dari semua ikatan ini"

'Pada akhirnya segalanya akan berlalu dan baik-baik saja kan !'
Kamipun Berpelukan.

___________
Flashback
___________Sang langit sedang menitikkan air matanya, Hujan gerimis sore itu terasa sendu.
aku sedang memperhatikannya dari kejauhan. ketika dia sedang duduk di halte menunggu jemputan.

kedua matanya yang bening menatap langit yang penuh tetesan lembut.
sesekali tangannya menampung air itu dan mencipratkannya kembali.
dia tidak memiliki ekspresi, tapi itu tetap membuatnya terlihat sangat manis.

Di balik baju putih birunya. pemuda itu tidak pernah menikmati keindahan di masa sekolah.
meski matanya sangat indah, pemuda itu tak pernah menatap dengan penuh kebahagiaan.
bibirnya yang merah dan tipis, bahkan sangat jarang berbicara seperti bisu yang kesulian bersuara.

Dia penuh misteri. dia teka teki tak terjawab.
tak ada yang tau bagaimana keluarganya, dan darimana asalnya.
dia hanya melakukan segalanya sendiri. tersenyum dan berjalan sendiri.

Hai. Damar Ramadhan. Berjanjilah padaku, jika suatu hari kau akan datang padaku untuk memperkenalkan dirimu yang sebenarnya. (Harapku dalam hati)